Ambon, TM, – Empat film tentang budaya Maluku, saat ini sedang digarap. Rencananya akan tayang Oktober 2022 mendatang. Lokasi penggarapannya di sejumlah daerah di Maluku.
Empat film itu merupakan program Kementrian Pendidikan melalui Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Maluku. Sistem penggarapannya, melibatkan PH. Mollucas Entertaiment dibawah bendera PT. Tara Sinergi Multi Media.
Empat film tersebut, diantaranya, Tampa Garam, Lemon Nipis dan Kewang Kecil. Yopi Izaac, Komisaris Utama PT. Tara Sinergi Multi Media, menjelaskan, syuting film ini, akan dilakukan dibeberapa lokasi di Pulau Ambon, seperti Kota Ambon, Pulau Haruku, Tengah-Tengah dan Tial.
Lokasi-lokasi itu, ditentukan oleh Kementrian Pendidikan berdasarkan survei yang dilakulan oleh Konsultan mereka.
Kenapa tentang budaya? Kata dia, karena kebiasaan ini di Maluku hampir punah seiring berkembangnya zaman. Karena itu, Kementerian melalui BPNB, untuk melestarikan agar orang di luar tahu budaya, dan orang Maluku sendiri tidak lupa akan kebiasaan sendiri.
Dalam film itu, lanjutnya, akan menggunakan dialeg Ambon, dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Sementara terkait Talent, pihaknya akan melibatkan artis ibu kota dan juga lokal dari Maluku, yang sudah pernah terlibat dalam film-film lain.
“Jadi dalam penggarapannya, kita kerja sesuai Juknis dari Kementerian. Jadi karena ini film seri, ada sekitar 12 sin, dan proses penggarapannya kurang lebih selama 10 hari, saat ini sudah dalam proses edit,”jelasnya.
Sementara itu, Icha Anggraeni, Direktur Moluccas Entertainment, PH asal Ibu Kota yang dilibatkan dalam penggarapan empat film tersebut, menyampaikan terima kasih, karena telah dilibatkan dalam pembuatan film tentang budaya Maluku itu.
“Karena kita melihat banyak budaya-budaya yang hilang di era modern ini. Sehingga harapan kami, kedepan tidak hanya menggarap film ini saja,”tuturnya.
Pada kesempatan itu, dua Talent, yakni Muhammad Haickal Reniurwarin dan Aufa Dien Assagaf, juga menambahkan, cerita yang diangkat, bernilai baik bagi Maluku.
Dengan itu, kata Kaickal, dari cerita lokal tentang budaya, membuat ketertarikan baginya untuk turut terlibat.
Sedangkan Aufa juga menuturkan, bahwa ini merupakan film keduanya. Dan akan menjadi pengalaman berharga. “Apalagi mengangkat tentang budaya Maluku,”katanya. (TM-01)
Discussion about this post