Ambon, TM. – Anaknya diimunisasi pihak SD Xaverius Ambon, tanpa ijin jadi pemantik Hilda Talahattu emosi. Dia ribut, karena sakit bawaan, yang bisa berdampak fatal bagi kesehatan putrinya itu.
“Anak saya punya sakit bawaan tipes, dan asma. Itu yang bikin saya takut, kalau ada apa-apa setelah imunisasi,” ungkap Hilda kepad Hilda kepada Wartawan, di Kediamannya, di OSM, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Sabtu (1/10/2023).
Hilda sempat lampiaskan amarahnya di SD Xaverius Ambon, pada Rabu (29/9). Insiden ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIT. Videonya sempat viral, saat Hilda mengamuk dihadapan para guru.
Wanita ini kemudian menjelaskan, kronologis hingga dia tersulut emosi. Kata dia, pada Rabu (27/9), di sekolah anaknya, SD Xaverius Ambon, dilaksanakan imunisasi Rubella untuk anak kelas 1 SD.
Kegiatan tersebut hanya disampaikan melalui pesan Wahtsapp Grup sekolah, sehari sebelum imunisasi dilaksanakan, pada Selasa (26/9), sekitar pukul 11.00 WIT.
“Saya tidak melihat pesan WA pada hari Selasa itu. Dan saya baru merespon pesan tersebut pada hari Rabu, sekitar pukul 09.56 WIT,” kata Hilda.
“Ibu (guru), YK (sumber sebut nama lengkap) tidak ikut suntik,” tulis Hilda dalam pesan grup tersebut.
“Tapi ternyata anak saya sudah selesai diimunisasi,” timpal dia.
Ini baru diketahui, setelah Hilda menghubungi anaknya yang lain, juga bersekolah di Xaverius. Hilda mengaku, ada dua anaknya bersekolah di SD Xaverius, dan satunya di SMP Xaverius.
“Saya minta, anak saya lihat adinya, agar tidak disuntik. Ternyata, kata anak saya, adiknya sudah disuntik,” ungkap Hilda.
Sebelumnya Hilda sudah menghubungi guru wali kelas, dengan tujuan untuk menyampaikan agar anaknya tidak diimunisasi karena punya riwayat penyakit Tipes dan Asma. Namun oleh guru yang dihubungi tidak merespon hingga dia menghubungi anaknya yang lain itu.
“Apakah dengan kami terlambat merespon pesan di WA grup, dan tanpa seijin orang tua, guru dengan seenaknya melakukan imunisasi terhadap anak saya? Saya menolak karena anak saya punya riwayat asma dan tipes. Sebagai orang awam soal masalah medis, kami tentu takut,”ujarnya.
Prinsipnya, selaku orang tua, kata Hilda, dia sangat mendukung program pemerintah dalam rangka imunisasi rubella itu. Namun yang dilakukan pihak sekolah itu semena-mena. Apalagi tidak didampingi oleh orang tua maupun guru pada saat imunisasi itu dilakukan.
“Artinya kalau guru lebih bijak, pakai daftar list, siapa anaknya tidak mau diimunisasi. Karena kalau saat itu saya tahu lebih cepat, saya juga ingin mendampingi anak saya sekaligus konsultasi dengan tenaga medisnya,” kata Hilda.
Karena itu, Hilda pergi ke sekolah untuk mempertanyakan tindakan sekolah itu. Sampai di sekolah, jawaban yang didapat dari seorang guru sangat tidak enak di dengar.
”Marah-marah mangkali anak mati,” kata Hilda, mengutip apa yang disampaikan guru tersebut.
Mendengar jawaban guru itu, Hilda terpantik emosinya. “Saya langsung ngamuk dan sempat bantik helm. Namun saya pastikan, bahwa tidak ada tindakan kekerasan apapun kepada guru. Yang terjadi itu saya dan seorang guru saling tarik, dan kalung saya juga sempat hilang saat peristiwa itu,” beber Hilda.
Hilda juga menjelaskan, suaminya datangi sekolah, dalam kapasitas sebagai orang tua, bukan sebagai seorang anggota Polisi. Karena itu, dia meminta jangan diplintir.
“Saat mendatangi sekolah, suaminya mengenakan baju biasa dan tidak menebar soal identitas polisi,” kata Hilda.
Yang disayangkan Hilda, tindakan pihak sekolah, dalam hal ini guru, pasca peristiwa itu, tiba-tiba mengeluarkannya dari grup sekolah, dengan membuat pernyataan “kalau anaknya tidak dikeluarkan dari sekolah Xaverius maka guru akan melakukan demo”.
Dia berharap, pihak Yayasan lebih bijak dalam menyelesaikan masalah ini, dengan mempertimbangkan posisinya sebagai orang tua.
“Setelah imunisasi, anak kami sakit dan sempat dirawat di rumah sakit Bhayangkara. Dan menurut dokter anak tersebut harus diinfus, sehingga diinfus. Karena itu, kalau ada pernyataan akan demo kalau anak saya tidak dikeluarkan, itu patut disesali,” ungkap Hilda.
Hilda berharap, persoalan ini akan berakhir baik bagi semua pihak. (TM-01)
Discussion about this post