Ambon, TM.- Pantai Wainitu, kini jadi salah satu ikon wisata di pusat Kota Ambon. Namun kebersihannya belum terjaga. Untuk memperindah wilayah wisata itu, Pemuda Talakemenggandeng Koordinator Unit II Sektor Galilea, menggelar lomba bersih pantai.
Lomba yang digelar pada Sabtu (2/12/2023) di Pantai Wainitu, Talake, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon ini, disponsori oleh Pemerintah Kota Ambon. Kegiatan dibuka Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon, Alfredo Jansen Hehamahua.
Lomba itu diikuti 30 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 sampai 5 orang. Mereka membersihkan sepanjang pesisir pantai Wainitu, lalu memilah sampah, berdasarkan jenis dan jumlah beratnya.
“Kawasana Talake adalah kawasan pendidikan, yang didalamnya tersedia PAUD hingga Universitas. Pendidikan di bangku pendidikan formal, itu bentuk teori, tetapi prakteknya dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang mengedukasi,”tutur Ketua Panitia lomba, Michael Adam.
Menurut dia, sampah itu problem bersama, Pemerintah juga masyarakat. Ini yang menjadi alasan, kenapa mereka menggelar acara ini, sebagai bentuk dukungan masyarakat kepada Pemerintah membersihkan sampah.
“Antusias warga luar biasa. Jika ini berjalan baik dan ada kesadaran soal buang sampah, maka kedepan, kami juga akan menawarkan kepada Pemerintah Kota Ambon, agar di Wainitu juga bisa menjadi persinggahan kapal Darwin yang menjadi agenda wisata tahunan itu,”harapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon, Alfredo Jansen Hehamahua, dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan tersebut. Kata dia, ini kolaborasi yang baik untuk membersihkan pantai.
Karena bicara soal sampah, lanjut Alfredo, bukan hanya tugas dan tanggungjawab pemerintah saja, butuh partisipasi masyarakat, gereja, organisasi dan lainnya untuk kelola sampah di Kota Ambon.
“Hari ini, timbunan sampah di Kota Ambon, mencapai 220 ton. Kita baru bisa angkut ke TPA, itu 180-185 ton per hari.
Sisa sampah yang belum bisa diangkut itu tersebar, ada yang di Leitisel, dan lainnya yang belum terlayani,” kata Alfredo.
“Jadi ada tujuh persoalan sampah di Ambon ini, diantaranya soal timbunan sampah, karena semakin banyak orang melakukan aktifitas di Ambon. Pola konsumsi masyarakat, soal armada, sarana prasarana, wadah, menjadi masalah,” tambah dia.
Apalagi di Talake ini, kata dia, ada wadah/kontener, tapi karena tidak sesuai dengan armada yang dimiliki Pemerintah, makanya tidak pernah diangkut. Dia mengaku sudah minta yang buat proyek itu untuk ganti, tapi belum ditindaklanjut.
Masalah krusial lainnya, tandas Alfredo, minimnya partisipasi masyarakat. Kesadaran masyarakat masih minim, ditambah, penegakan aturan dan saksi yang lemah, membuat persoalan makin sulit diatasi.
“Jadi ditambahkan soal sanksi kepada badan usaha. Kemudian soal sampah Teluk dan Perbatasan, yang mana meski ini menjadi kewenangan provinsi, tapi dengan partisipasi, Pemkot juga lakukan pengadaan empat unit spit sampah.
“Jadi kita punya 4 unit spit sampah untuk tangani sampah dilaut,” pungkas Alfredo (TM-01)
Discussion about this post