Ambon, TM, – Festival Permainan Tradisional atau Solohua resmi dibuka Widya Pratiwi Murad Ismail pada, Jumat (17/9). Festival ini berisikan permainan tradisional yang tumbuh dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Dia didampingi Sekda Kabupaten Seram Bagian Bara, Mansyur Tuharea. Pembukaan festival dipusatkan di Negeri Kamariang, Kecamatan Kairatu.
Festival Solohua diadopsi dari nama Gunung Solohua di Negeri Kamariang. Festival yang baru pertama kali diselenggarakan ini, menampilkan tiga mata lomba yakni Enggrang Batok (Lari Tampurung), Hela Rotang (Tarik Rotan) dan Buah Kira-Kira (Mirip permainan Puzzle).
Baca Juga:
Dalam rilis Humas Pemprov Maluku, pembukaan ditandai dengan pemukulan Tifa oleh Ina Latu Maluku, yang juga Pembina Utama Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) Provinsi Maluku,
Widya Pratiwi.
Widya mengatakan, sebagai bagian dari budaya, permainan tradisional hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia, termasuk Maluku. Permainan semacam ini harus dirasakan anak-anak untuk membangun karakter yang positif, seperti menghargai perbedaan dan jujur.
“Olehnya itu, permainan ini perlu untuk kembali dipopulerkan. Karena dengan adanya permainan tradisional ini membantu anak-anak untuk bergerak secara fisik, ini yang sering dilupakan. Sebab, kalau anak main gadget kan sambil duduk tuh, akhirnya anak kurang bergerak. Bisa membuat anak tidak sehat. Oleh karena itu, sudah saatnya permainan rakyat kita populerkan dan didukung melalui festival ini,”katanya.
Menurutnya, tujuan digelar festifal ini, agar permainan rakyat dan olahraga tradisional, yang merupakan salah satu kekayaan budaya tidak hilang atau bahkan diakui oleh Negara atau daerah lain.
“Mengingat berbagai permainan rakyat mulai menghilang. Bahkan jarang sekali ditonton dalam keseharian. Tidak hanya pada tataran masyarakat perkotaan, ternyata berbagai permainan tradisional juga hilang dari tataran masyarakat pedesaan,”katanya.
Permainan olahraga tradisional, kata dia, dapat menjadi wahana pendidikan yang melatih kemampuan anak, serta aktif melestarikan budaya daerah dan bisa membangun karakter sumber daya manusia Indonesia yang memiliki nilai karakter bangsa.
Baca Juga:
Ditempat yang sama, Sekda SBB, Mansur Tuharea menambahkan, permainan tradisional merupakan bagian dari budaya. Diperkirakan sudah ada sejak jaman kerajaan dan mengalami alkulturasi pada jaman penjajahan.
Permainan ini merupakan aktivitas budaya sederhana, yang mudah dimengerti, dipelajari, bahkan biayanya relatif murah karena sedikit menggunakan perlengkapan dan dapat dirancang sendiri ketimbang permainan dan olahraga modern.
“Oleh sebab itu, saya mengajak seluruh masyarakat SBB untuk bersama-sama membangkitkan dan mempopulerkan kembali permainan tradisional dalam setiap kesempatan atau momen apa saja. Sebab dengan melestarikan permainan ini, saya optimis banyak wisatawan yang tertarik untuk datang ke daerah kita,”tuturnya. (TM-01).
Discussion about this post