Ambon, TM.- Klasis Pulau Ambon menggelar pelatihan pengolahan singkong menjadi tortilla, menciptakan inovasi produk lokal dengan nilai tambah ekonomi tinggi.
Sekretaris Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan Ekonomi (PTPU) Klasis Pulau Ambon, Pdt. Sally Lawalata, menjelaskan bahwa inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga gereja melalui diversifikasi produk pangan.
Menurut Pdt. Sally, singkong sebagai sumber karbohidrat utama di Maluku umumnya hanya diolah secara sederhana, seperti direbus atau dijadikan keripik.
Kini, dengan keterampilan pengolahan, singkong dapat diubah menjadi tortilla—produk sehat dan bebas gluten yang berpotensi masuk ke pasar modern.
“Produk tortilla singkong memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan singkong mentah dan menjadi alternatif pangan non-gluten yang disukai konsumen yang mengutamakan kesehatan,” jelasnya.
Selain manfaat kesehatan, produk ini membuka peluang bisnis baru bagi warga gereja dan mendorong lahirnya UMKM di berbagai jemaat, menciptakan lapangan kerja baru baik dalam proses produksi maupun distribusi produk.
Pdt. Sally juga menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi, seperti kualitas bahan baku, standar produksi konsisten, pemasaran, dan akses pasar.
Sebagai solusi, Klasis Pulau Ambon berfokus pada peningkatan manajemen mutu, inovasi produk, dan promosi melalui platform digital serta kemitraan dengan distributor lokal.
“Kami juga mendukung promosi produk tortilla dengan memanfaatkan media sosial dan aplikasi digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” tambahnya.
Melalui pelatihan berkelanjutan, Klasis Pulau Ambon berharap warga gereja semakin terampil dan kreatif dalam kewirausahaan.
Tahun 2022, Klasis Pulau Ambon bekerja sama dengan rumah produksi di Desa Amahusu melatih 25 jemaat dalam mengolah singkong menjadi tortilla dan memberikan pendampingan hingga perolehan izin edar BPOM dan sertifikat halal.
Kini, hasil pelatihan tersebut menghasilkan berbagai merek tortilla lokal, seperti “Torneso” dari Soya, “Tortuni” dari Tuni, dan “Tortila” dari Amahusu.
Produk-produk tersebut hadir dengan varian rasa seperti original dan balado, serta bahan tambahan lokal seperti labu kuning, kelor, sukun, dan ikan teri.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah ekonomi, tetapi juga menandai kemajuan dalam budaya kuliner lokal yang sehat dan beragam, memberi manfaat ekonomi dan gizi bagi warga gereja.
“Transformasi singkong menjadi tortilla bukan sekadar inovasi kuliner, tetapi juga inspirasi bagi klasis lain untuk mengembangkan potensi lokal,” tutup Pdt. Sally.(TM-01)
Discussion about this post