Ambon, TM.- Kemarau yang panjang, jadi penyebab pasokan air bersih ke warga di sejumlah lokasi di Kota Ambon menjadi terbatas. Berhari-hari mereka tak lagi mendapat pasokan air, Pemerintah Kota Ambon akhirnyat turun tangan membantu masyarakat.
Catatan timesmaluku.com, sudah hampir empat bulan terjadi krisis air bersih di Kota Ambon, Maluku. Kondisi terparah dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di lokasi perbukitan seperti Stain, Airbes, Kebun Cengkih, Kudamati, Gunung Nona, dan sejumlah lokasi lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) warga andalkan air hujan, dan air sungai dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Belum lagi debit air sungai kian menurun, akibat rendahnya intensitas hujan di Kota Ambon.
Ringankan beban warga, Pemerintah Kota Ambon gencar untuk mendistribusikan air bersih ke warga dusun Wara Air Kuning. Di lokasi ini, ada 250 kepala keluarga, yang harus berjalan jauh ke sungai di tengah hutan denga jarak yang cukup jauh.
Mereka terpaksa, membeli air dengan harga Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per tangki air. Ini bagi sebagian warga, cukup memberatkan lantaran harus mengelurkan biaya yang tidak sedikit untuk penuhi kebutuhan vital tersebut,
Pemerintah Kota Ambon, pada Senin (12/2/2024) pagi melalui Program Pejabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena mulai gencar salurkan air bersih. Dua hari sekali tangki air bersih disalurkan ke rumah rumah warga di kawasan penggunungan. yang beberapa bulan terakhir kesulitana air.
Fatimah salah satu warga kepada timesmaluku.com, Senin (12/2/2024) mengungkapkan, mereka kesulitan air sejak beberapa bulan. Pasokan air dari DSA atau PDAM tidak lagi ada. Air hujan yang didapat juga sedikit, karena minimnya intensitas turunnya hujan.
“Air sudah lama tidak lagi jalan ke rumah-rumah. Kami terpaksa menampung air hujan, itu pun sangat sedikit. Karena mungkin seminggu sekali, bahkan dua minggu sekali baru turun hujan, itu pun hujan ringan,” ungkap Fatimah.
La Balle juga warga Wara, mengatakan hal yang sama. Dia mengaku, sudah lama mereka alami krisis air bersih, terpaksa mengeluarkan dana hingga Rp250 ribu untuk membeli satu tengki air.
“Air PDAM sudah lama tidak lagi masuk ke rumah. Dari dulu tidak ada bantuan air begini. Kalau ada bak penampung, kita bisa beli air, kalau tidak ada bak, kan psung juga. Bagimana kita mandi, bagimana kita cuci, makan, dan sebagainya,” ungkap La Balle.
Tak hanya warga warga Dusun Wara, di Kecamatan Sirimau yang mengalami krisi air, kasus serupa juga melanda warga Dusun Kusu Kusu, Kecamatan Nusaniwe. (TM-02)
Discussion about this post