Ambon, TM, – Proyek Pembangunan Pengendalian Sedimen (Check Dam) milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, gagal. Sejumlah rumah warga rusak akibat luapan air dan tanah.
Bangunan, yang mestinya menjadi sistem pengendalian bencana alam aliran yang membawa endapan, seperti banjir bandang, aliran material vulkanik, dan pergerakan tanah, yang didirikan pada jalur aliran di pegunungan, di Kawasan Ahuru, Kecamatan Sirimau, Ambon itu, justru berdampak buruk bagi warga yang bermukim dibawahnya.
Memasuki musim penghujan dengan intensitas tinggi, proyek miliaran milik BWS yang dikerjakan oleh PT. Diyan Nugraha Saotanre ini, mestinya berfungsi sebagai pelindung, namun justru sebaliknya.
Baca: Pemerintah Jangan Bebani Rakyat
Curah hujan berkepanjangan di kota Ambon, sejak Sabtu-Minggu (9-11/7/2021) kemarin, telah mengakibatkan sejumlah titik di Kota Ambon, dikepung banjir dan longsor. Termasuk di Kawasan Dusun Ahuru.
Salah satu warga Ahuru, Kelurahan Waihoka RT 003/RW 004, Happy Christy Raprap, kepada Timesmaluku.com, Selasa (13/7/2021) menuturkan, bahwa banjir-longsor yang terjadi di Kawasan Ahuru dan sekitarnya, disebabkan oleh luapan air dari proyek Check Dam milik BWS Maluku itu.
Tidak hanya air, tanahpun ikut terseret dan memasuki perkampungan serta rumah warga. Alhasil, sejumlah rumah warga mengalami rusak parah.
“Banjir disini parah. Rumah disini ada yang roboh. Yang beta tahu, 4 rumah, belum tahu yang lain. Saat banjir dan longsor kemarin, air disini naik sampai batas leher orang dewasa,” kata dia.
Bukan sekedar luapan air, kata dia, tapi arus cukup deras yang terjadi. Check Dam Petra ini sudah satu Tahun dibangun, tapi justru Check Dam ini yang mengakibatkan kondisi banjir terparah di Kawasan Ahuru.
Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat janji omong kosong BWS yang akan membangun talud penahan, pasca banjir yang terjadi Oktober 2020 lalu.
Saat 2020 lalu, BWS telah melakukan pengukuran untuk pembangun talud sesuai kesepakatan bersama warga sekitar. Namun hal itu tidak dilakukan, sampai terjadinya banjir Minggu kemarin.
“Sudah disuarakan sampai sudah pernah dilakukan pertemuan warga dengan BWS, untuk bangun talud. Bahkan sudah diukur untuk pembutan talud, tapi tidak ada realisasi,”tuturnya.
Alhasil, warga di Kawasan tersebut harus jadi korban dari proyek Rp. 16 miliar yang informasinya amburadur itu. “Sebelum-sebelumnya dikatakan, bahwa proyeknya sudah hampir selesai dan tidak pernah banjir lagi, itu bohong,”cetusnya.
Untuk itu, selaku warga Ahuru, pihaknya meminta bentuk pertanggungjawaban, khusus BWS terhadap warga sekitar. Dan dengan kondisi ini, bagaimana bentuk antisipasinya.
Baca: Dalam Sehari Tujuh Pasien Covid Meninggal Dunia
“Jika bisa dilakukan, realisasikan pembangunan talud sesuai janji BWS,”tandasnya.
Dia juga menyayangkan on the spot yang dilakukan DPRD Provinsi Maluku, kemarin, pasca banjir, yang hanya meninjau lokasi proyek Check Dam, dan tidak meninjau kondisi warga sekitar dan mendengar apa yang menjadi keluhan warga akibat proyek tersebut.
“Lihat proyek itu saja par apa, seng datang lihat kondisi warga,”ujarnya. Diketahui, BWS melalui pembiayaan Asian Development Bank, membangun dua Check Dam dengan anggaran Rp.16 miliar. Dua Check Dam itu, Petra dan Jacobus. Keduanya proyek ini belum sepenuhnya rampung. (TM-01)
Discussion about this post