Tala, TM.- Warga lima desa di Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, makin terisolasi, setelah hujan deras melanda daerah itu. Untuk melewati sungai, mereka terpaksa bergelantungan di sebuah tali sling, kemudian meluncur ke lokasi sebelah.
Sarana ini dibuat sendiri oleh warga. Tali sling ini membentang dari lokasi asal ke tempat tujuan. Lalu dibuat semacam pegangan sehingga bisa dipakai oleh warga untuk sebrangi sungai.
Dari tayangan video yang diterima timesmaluku.com, banyak warga dari lima desa, Sumit Pasinaru, Huku Kecil, Abio, Ahiolo dan Desa watui, terpaksa antri untuk menyeberang. Sekali angkut, bisa empat sampai lima orang. Sarana ini dipakai ketika hujan terjadi, dan air sungai Tala meluap.
Tak ada jembatan yang bisa membantu warga lima desa itu untuk menyebrangi sungai. Desa-desa ini memang sejak lama sudah terisolasi. Warga selalu kesulitan untuk menuju ke lima desa itu.
Minggu (14/5/2023) warga terpaksa menggunakan sarana tali sling untuk bisa sampai ke lokasi yang dituju. Kalau air tenang, biasanya mereka menggunakan rakit atau bahkan berenang untuk sampai ke seberang.
Tak hanya manusia yang diangkut, layanan penyeberangan menggunakan Tali Sling ini juga bisa mengangkut kendaraan roda dua milik warga yang akan menyerang.
Menurut warga, kondisi seperti ini telah lama terjadi jika musim penghujan tiba. Mereka terpaksa menyeberang dengan cara ekstrem, lantaran terdesak pentingnya memperoleh kebutuhan, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, dari kota maupun sebaliknya untuk menjual hasil kebun.
Warga salah satu desa, Tina Latue, mengatakan mereka harus berjalan diatas batu-batu besar. Begitu air meluap, mereka harus menggunakan tali sling, bukan lagi rakit atau berenang.
“Jalan begitu setengah mati. Kami punya nyawa terancam lewat air begitu deras, untuk tiba di desa kami. Biar musim hujan, karena kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak anak, kami harus berjalan lewati jalan yang berbahaya,” kata Tina, seorang ibu rumah tangga.
Mereka, kata dia, harus turun gunung, turun lembah, lalu bertemu air deras disaat musim hujan. Tina, dan juga warga lainnya harus tiba di negeri atau desa, karena kebutuhan anak anak.
Dari Negeri Tala, ke lima desa yang terisolir itu harus menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer. Seorang wartawan yang sempat menuju ke salah satu desa itu, mengaku pernah berjalan kaki dari Pukul 08.00 pagi, tiba di desa Pegunungan itu pukul 22.00 malam.
Warga kini berharap Pemerintah SBB, maupun Pemerintah Provinsi Maluku, bisa membantu kesulitan mereka, dengan dengan membangun jembatan gantung yang layak untuk dilewati. (TM-02)
Discussion about this post