Ambon, TM. – Ketua Sinode GPM Maluku, Elifas Maspaitella menyayangkan insiden pelarangan terhadap warga yang ingin beribadah di Gereja Efrata, kompleks TNI AU/Lanud Pattimura, hanya karena mengenakan sandal jepit sebagai alas kaki.
“Yang kita sesali, kejadiannya jelang kebaktian/ibadah. Tetapi karena ada hal yang sudah kita diskusikan berkaitan dengan kebijakan internal di Lanud, kita berharap misinterpetasi ini tidak dilanjutkan,” kata Maspaitella.
Maspaitella mengaku, sudah tegaskan juga kepada Danlanud, supaya serendah-rendah tingkat ekonomi masyarakat Maluku, terutama warga GPM, memang tidak pernah datang ke kebaktian dengan sendal jepit.
“Setelah peristiwa itu sudah ada perjumpaan antara Majelis Jemaat dan Danlanud dan sudah disepakati hal-hal yang akan kita lakukan kedepan,”jelas Maspaitella.
Baca Juga:
Termasuk didalam pertemuan itu, kata Maspaitella, dibicarakan terkait sosialisasi kebijakan terhadap orang yang hendak berkunjung ke Mako TNI AU, mengingat Gedung Gereja ini berada didalam Mako TNI AU.
Selain itu yang disepakati juga, terkait jam-jam kebaktian atau aktifitas pelayanan GPM, yang memanfaatkan Gedung Gereja diluar hari Minggu. Karena akan ada Pelayan Gereja yang datang.
“Dan kami mohon agar itu juga bisa dikoordinasikan. Sehingga tidak ada lagi hambatan-hambatan setelah ini. Itu sudah disepakati. Dan sebagai Sinode, kita berharap kedepannya apa yang harus kita jalankan bersama sebagai tanggungjawab kami di Gereja, akan kami jalankan. Dan yang menjadi tanggungjawab Satuan, juga bisa dijalankan. Supaya ada sinkronisasi yang baik,”tandasnya.
Pihaknya juga berharap, kepada Jemaat GPM, khususnya Jemaat Efrata, untuk terus membina kebersamaan dan kesatuan didalam hidup, dan terus berusaha apa yang menjadi bagian dari pelayanan Gereja.
Danlanud Pattimura, Kolonel Pnb. Andre Dhewo menegaskan, tidak ada larangan untuk beribadah. Sebagai seorang Kristiani, pihaknya tidak mungkin melakukan pelarangan untuk beribadah.
“Tidak ada pihak Lanud Pattimura melarang untuk beribadah. Saya seorang Kristiani. Kedua tidak ada swiping didalam Gereja. Apa yang terjadi, bahwa selama beberapa bulan terakhir, kita mencoba menegakan aturan bagaimana seseorang memasuki suatu institusi militer,” kata Dhewo.
Mereka yang masuk instalasi militer, kata Dhewo, wajib berpakaian sopan dan rapi. Dalam hal ini, mohon tidak menggunakan sendal jepit dan celana pendek. Ini sudah dilakukan 3 bulan kebalakang.
“Dan ini khusus ada beberapa warga yang mungkin merasa kaget, ada satu dua orang yang menggunakan sendal jepit. Tapi ada yang membawa sepatu. Sehingga ada miss disitu,” katanya.
Terkait insiden itu, pihaknya menduga ada yang memprovokasi dengan mengatakan, b TNI AU tidak perbolehkan beribadah. Padahal tidak demikian.
“Selama ini, hubungan kita dengan pihak Gereja Efrata, sangat baik. Tetapi mari kita sama-sama mengikuti ketentuan-ketentuan tentang bagaimana masuk ke institusi militer. Disini kita semua menghormati aturan-aturan itu,” kata Dhewo,
“Mari saling menghormati, kita akan membantu apa fasilitas yang kita punya untuk membantu juga pihak Gereja melaksanakan kegiatannya,”tuturnya.
Lanud Pattimura berjanji, kedepan akan berupaya lebih baik lagi, dan akan lebih intens berkomunikasi, sebagaimana dilakukan pihak Lanud dengan Sinode.
“Intinya supaya masing-masing saling berjalan seiring dan tetap dalam koridor dan ketentuan yang berlaku. Pada prinsipnya menurut saya, kita bisa berdialog. Karena ajaran kita adalah ajaran cinta kasih. Saya yakin dengan itu semuanya akan baik,”tandasnya.
Sebelumnya, oknum anggota Lanud Pattimura menghalangi warga Jemaat Katagorial Lanud Pattimura yang hendak melaksanakan ibadah Minggu di dalam kompleks TNI AU/Lanud Pattimura.
Dari sejumlah potongan video yang beredar Minggu (15/5/2022), terlihat dua orang anggota TNI Lanud Pattimura Ambon terlibat adu mulut dengan salah satu Pendeta dan beberapa Majelis Jemaat Katagorial Lanud Pattimura.
Baca Juga:
Mereka mempertanyakan tindakan oknum anggota TNI Lanud Pattimura yang menghalangi Jemaat untuk ke Gereja di kompleks TNI AU, hanya karena ada beberapa Jemaat yang katanya tidak mengenakan sepatu hak tinggi atau vantofel.
Salah satu warga Jemaat GPM Katagorial Lanud Pattimura, Helena yang dikonfirmasi media ini terkait hal tersebut mengakui, sempat bersitegang dengan petugas piket yang mencoba menghalangi Jemaat pagi tadi.
“Jadi saat itu saya lihat ada Jemaat yang balik dan tidak ke Gereja. Lalu saya tanya, katanya mereka tidak diijinkan masuk hanya karena menggunakan sepatu tali-tali dan juga sendal,” tuturnya.
Sama dengan Jemaat lainnya, dirinya dengan salah satu ponakannya juga dilarang masuk karena mengenakan sepatu tali. Akibatnya, banyak warga Jemaat yang pulang ke rumah dan tidak mengikuti ibadah Minggu tadi.
Dari peristiwa itu, warga Jemaat dan Majelis Jemaat lakukan aksi protes ke pos jaga Lanud Pattimura.
Menanggapi hal itu, (TM-01)
Discussion about this post