AMBON, TM. — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maluku Tenggara (Malra) berkolaborasi dengan Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kota Tual dalam upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal.
Kolaborasi ini diharapkan mampu menjadi solusi konkret untuk mengatasi kerawanan pangan, menekan angka stunting, dan mengendalikan inflasi di wilayah Maluku Tenggara.
“Pemerintah daerah sepenuhnya akan memberikan dukungan maksimal, karena program ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam mendorong ketahanan pangan,” ujar Wakil Bupati Maluku Tenggara, Charlos Viali Rahantoknam, saat membuka kegiatan Diseminasi Produk Pengelolaan Pangan Lokal di halaman Gereja Sinai, Jemaat GPM Taar, Rabu (8/10/2025).
Wabup Charlos menjelaskan, strategi pengembangan ketahanan pangan di Maluku Tenggara bertumpu pada tiga pilar utama. Pertama, kemandirian pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari luar daerah.
Kedua, penguatan cadangan pangan pemerintah daerah untuk mengantisipasi potensi kerawanan pangan. Ketiga, penganekaragaman konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras dan mendorong masyarakat mengonsumsi pangan lokal bergizi.
“Potensi keanekaragaman hayati kita luar biasa besar, tetapi belum tergarap optimal. Berdasarkan indikator Pola Pangan Harapan (PPH), tingkat keberagaman pangan masyarakat Maluku masih rendah. Karena itu, revitalisasi pangan lokal seperti enbal goreng dan berbagai olahan tepung lokal menjadi solusi yang menjanjikan,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan terhadap pengembangan industri pengolahan pangan lokal secara lebih masif, agar produk berbasis bahan pangan daerah memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.
Sementara itu, Ketua Majelis Pekerja Klasis GPM Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kota Tual, Pendeta Iren Koljaan, mengatakan kegiatan diseminasi tersebut merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pelayanan GPM periode 2021–2025.
“Kami mengembangkan gerakan Menanam, Melaut, dan Memasarkan (3M), sebuah program lintas bidang yang melibatkan 17 jemaat — tiga di Kota Tual dan 14 di Maluku Tenggara,” terang Pendeta Iren.
Ia mengakui, pengembangan produk pangan lokal masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam aspek pemasaran.
“Dalam evaluasi kami, program ini memang belum memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi keluarga. Meskipun beberapa produk sudah mendapat izin edar dari DPMPTSP, kendala utama tetap ada di pemasaran,” ujarnya.
Untuk itu, GPM berencana mendirikan rumah produksi kecil sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi dan distribusi produk pangan lokal.
“Kami berterima kasih kepada Pemkab Maluku Tenggara dan Pemerintah Kota Tual atas dukungan dan kolaborasi yang terus diberikan terhadap gerakan ini,” tandas Pendeta Iren.(TM-03)