Bula,TM – Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku, kini memasuki usia Ke-22 tahun. Sejak memisahkan diri dari Kabupaten Maluku Tengah pada 2003 silam, daerah berjuluk Ita Wotu Nusa ini terus berjibaku membenahi berbagai persoalan yang dihadapi.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat mencatat, ada sejumlah aspek yang dinilai mengalami perubahan. Mulai dari penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, maupun dalam pelayanan kemasyarakatan.

“Kita harus jujur dan obyektif bahwa terdapat lompatan yang sangat menggembirakan yang dicapai selama kurun waktu 22 tahun usia negeri ini,” kata ketua DPRD SBT, Risman Sibualamo saat memimpin rapat paripurna dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten SBT Ke-22 pada Kamis, (18/12/2025).
Dalam bidang pemerintahan misalnya, sejak dibentuk pada tahun 2003 dengan undang-undang nomor 40 tahun 2003, Seram Bagian Timur hanya punya empat kecamatan, yakni Kecamatan Seram Timur, Kepulauan Gorom, Bula dan Kecamatan Werinama.

“Syukur alhamdulillah penambahan 12 kecamatan baru, sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur telah mencapai 16 kecamatan, dengan kecamatan termuda yang diresmikan oleh saudara bupati Fachri Husni Alkatiri, yaitu Kecamatan Ukarsengan,”ujar Risman.
Dibidang pembangunan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Seram Bagian Timur tahun 2025 menunjukan, pada tahun 2024 panjang jalan di Kabupaten Seram Bagian Timur tercatat sepanjang 648,220 KM.
Menurut pengelolaannya, sebesar 29,98 persen merupakan jalan negara, 24,91 persen merupakan jalan nasional, dan sisanya 45,11 persen adalah jalan kabupaten.
Sementara, Indeks pembangunan Manusia atau IPM di Kabupaten Seram Bagian Timur tahun 2025 kini mencapai 70,28 persen atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 69,84 persen.
DPRD juga menilai, angka kemiskinan di Kabupaten Seram Bagian Timur selama sepuluh tahun terakhir juga turun perlahan. Pada akhir 2024 tercatat sekitar 21,03 persen turun tipis dari tahun sebelumnya.
“Selain kemajuan dan capaian kita raih, masih terdapat sejumlah permasalahan yang harus terus kita benahi secara bersama,”pintah dia.
Misalnya saja, ketersediaan lapangan kerja yang belum memadai bila dibandingkan dengan angkatan kerja. Alokasi pembangunan infrastruktur yang belum tersebar secara merata pada seluruh wilayah kecamatan, dan pembangunan infrastruktur dan supra struktur di bidang pendidikan dan kesehatan yang belum memadai.
Begitu juga permasalahan spesifik lainnya yang membutuhkan dukungan kebijakan yang proporsional dan terukur melalui alokasi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada setiap tahun anggaran.
“Seluruh permasalahan yang terjadi saat ini bisa perlahan dapat kita selesaikan, yang terpenting solid dan kebersamaan kita bersama dalam bingkai Ita Wotu Nusa terus kita galakkan,” kata dia.
“Dan tema Gerak Cepat bersama membangun Seram Bagian Timur merupakan momentum terbaik untuk secara bersama dalam satu barisan, berjuang bersama untuk menjemput takdir kemajuan dan kesejahteraan,” tambah Risman. (TM-03)
















