Ambon, TM — Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon mengukuhkan lima guru besar dalam Rapat Senat Terbuka yang berlangsung di Auditorium Unpatti, Senin (29/12/2025).
Pengukuhan ini menegaskan komitmen Unpatti memperkuat peran akademik dalam menjawab tantangan wilayah kepulauan dan isu-isu global.
Guru besar pertama yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Dra. Normawati, M.Si., Guru Besar Ilmu Administrasi Publik FISIP Unpatti.

Dalam pidato berjudul “Reposisi Administrasi Publik: Antara Etika, Teknologi, dan Keadilan Sosial”, Normawati menegaskan perlunya transformasi birokrasi dari pendekatan prosedural menuju birokrasi berbasis nilai.
Ia menilai administrasi publik Indonesia masih dipengaruhi warisan birokrasi kolonial yang menitikberatkan aspek teknis dan kepatuhan administratif.

Pendekatan tersebut dinilai tak lagi memadai di tengah tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang transparan, adil, dan partisipatif.
“Administrasi publik modern harus menjadi pengelola nilai-nilai publik, bukan sekadar mesin prosedur,” ujarnya.
Normawati menekankan tiga pilar utama reposisi administrasi publik, yakni etika publik, demokratisasi tata kelola, dan keadilan sosial sebagai tujuan kebijakan. Ia juga menyoroti tantangan digitalisasi birokrasi melalui konsep Digital Public Administration yang harus dibingkai oleh etika dan kepekaan sosial agar tidak memperlebar kesenjangan.
“Teknologi bukan entitas netral. Tanpa etika, digitalisasi justru bisa memperkuat eksklusi,” tegasnya.
Guru besar berikutnya, Prof. Dr. Ir. Fransina Sarah Latumahina, S.Hut., M.P., IPU., ASEAN Eng, Guru Besar Ilmu Perlindungan dan Kesehatan Ekosistem Hutan Fakultas Pertanian, mengangkat tema “Transformasi Pengelolaan Hutan Pulau-Pulau Kecil”.
Ia menekankan pentingnya diagnosa kesehatan ekosistem hutan secara komprehensif sebagai dasar kebijakan pengelolaan hutan lestari di wilayah kepulauan.
Latumahina mendorong integrasi sains modern dengan kearifan lokal seperti sasi, serta pelibatan masyarakat adat dalam menjaga keberlanjutan hutan.
Sementara itu, Prof. Dr. Hellna Tehubijuluw, S.Si., M.Si., Guru Besar Ilmu Kimia Anorganik, menegaskan peran strategis kimia anorganik dalam transformasi limbah dan bahan alam lokal menjadi material fungsional.
Dalam pidatonya, ia memaparkan pemanfaatan limbah industri dan tanah lokal Maluku menjadi material adsorben dan fotokatalis ramah lingkungan.
Pendekatan tersebut dinilai sejalan dengan prinsip green chemistry dan membuka peluang hilirisasi riset berbasis sumber daya lokal.
Di bidang kelautan, Prof. Dr. Max Robinson Wenno, S.Pi., M.Si., Guru Besar Bioteknologi Hasil Perikanan, mengangkat tema “Inovasi Biru: Biopeptida Laut sebagai Solusi Tantangan Global Kesehatan dan Pangan”.
Ia menyoroti potensi biopeptida laut sebagai sumber pangan fungsional dan nutraseutikal untuk menjawab meningkatnya penyakit degeneratif dan krisis ketahanan pangan global.
“Keanekaragaman hayati laut Maluku menyimpan potensi besar sebagai sumber senyawa bioaktif bernilai tinggi,” ujarnya.
Guru besar terakhir, Prof. Dr. Joseph Pagaya, M.Kes, Guru Besar Ilmu Mikrobiologi, menyoroti ancaman resistensi antibiotik di wilayah kepulauan.
Dalam pidatonya, Pagaya menegaskan bahwa resistensi antibiotik telah menjadi krisis kesehatan global yang diperparah oleh penggunaan antibiotik tidak rasional dan keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah kepulauan.
Ia mendorong pendekatan One Health yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, serta mengusulkan penyusunan kebijakan pengendalian resistensi antibiotik berbasis konteks Maluku.
“Maluku tidak hanya wilayah terdampak, tetapi juga memiliki potensi menjadi sumber solusi inovatif,” tegasnya.
Pengukuhan lima guru besar ini menegaskan posisi Universitas Pattimura sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang kontekstual, berorientasi solusi, dan berakar pada kebutuhan wilayah kepulauan. (TM-01)















