Ambon, TM.- Kinerja ekspor perikanan Provinsi Maluku menunjukkan tren positif sepanjang Semester I 2025. Berdasarkan data Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Maluku, nilai ekspor komoditas perikanan dari Januari hingga Juni 2025 menembus Rp448 miliar, meningkat 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Secara volume, ekspor ikan hidup tercatat sebanyak 243.430 ekor, sementara ikan non-hidup mencapai 5.118.963,7 kilogram. Kinerja ekspor tertinggi tercatat pada bulan Juni dengan nilai mencapai Rp230,3 miliar, meskipun jumlah ikan hidup hanya 75.719 ekor.
Sedangkan pada bulan Mei, nilai ekspor mencapai Rp115,2 miliar dengan kontribusi terbesar dari komoditas non-hidup sebanyak 1.434.757,5 kg. April menjadi bulan dengan nilai ekspor terendah di triwulan kedua, yakni Rp17,8 miliar.
Kepala BKHIT Maluku, Abdur Rohman, mengungkapkan bahwa ekspor terbesar pada periode ini berasal dari udang vaname ke pasar Tiongkok dengan volume 1.143.990 kg.
Selain Tiongkok, negara-negara utama tujuan ekspor lainnya adalah Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Vietnam, Arab Saudi, Malaysia, dan Singapura.
“Lima negara terbesar tujuan ekspor perikanan Maluku adalah Tiongkok, Vietnam, Hong Kong, Jepang, dan Amerika Serikat,” ujar Rohman. Ia menambahkan, komoditas utama yang diekspor meliputi udang vannamei, ikan tuna, ikan kerapu, dan kepiting bakau. Produk-produk ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar global yang konsisten.
Untuk memastikan mutu dan keberlanjutan, BKHIT Maluku melakukan pengawasan ketat melalui tindakan karantina di setiap pelabuhan ekspor. Seluruh produk ekspor wajib bebas dari hama dan penyakit ikan karantina (HPIK) dan memenuhi standar mutu serta sanitasi internasional.
Sebagai bentuk pelayanan maksimal, BKHIT Maluku juga mengoperasikan layanan karantina selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Layanan ini memudahkan pelaku usaha dalam proses ekspor dan menjamin kelancaran pengiriman komoditas kapan saja diperlukan.(TM-02)