Ambon, TM.— Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura (FEB Unpatti) menggelar Seminar Pembangunan Daerah bertajuk “Reinventing Ekonomi Maluku dalam Maluku Integrated Port”, pekan lalu di Student Center FKIP Unpatti, Ambon.
Seminar ini menjadi ruang diskusi lintas sektor untuk membahas arah baru pembangunan ekonomi Maluku melalui proyek pelabuhan terintegrasi yang ditargetkan menjadi simpul logistik strategis di kawasan timur Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Sistem Informasi Unpatti, Dr. Ruslan Tawari, menjelaskan bahwa Maluku Integrated Port bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan simbol transformasi pendekatan ekonomi di wilayah kepulauan.
“Pelabuhan ini akan memperkuat konektivitas antarwilayah, mempercepat distribusi logistik, dan membuka akses pasar global. Ini adalah langkah konkret menuju pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya, Kamis (5/6).
Menurut Ruslan, sudah saatnya Maluku mengubah paradigma ekonomi dengan memanfaatkan potensi kelautan secara strategis. Proyek pelabuhan tersebut, katanya, menjadi representasi dari penerapan konsep blue economy yang ramah lingkungan dan mampu mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Seminar ini juga sekaligus menjadi media untuk mensosialisasikan program prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Maluku periode 2024–2029.
Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, yang turut hadir, memberikan apresiasi atas inisiatif FEB Unpatti. Ia menilai, proyek Maluku Integrated Port akan menjadi jawaban atas tantangan logistik di wilayah kepulauan yang selama ini memicu kesenjangan harga dan keterbatasan akses distribusi.
“Distribusi barang nantinya akan mengandalkan kapal RORO yang lebih efisien dan tidak memerlukan fasilitas berat seperti crane,” jelasnya.
Vanath juga menjelaskan alasan perubahan nama proyek dari Ambon New Port menjadi Maluku Integrated Port. Menurutnya, perubahan ini dimaksudkan agar seluruh kabupaten/kota di Maluku merasa memiliki, apalagi dengan pemindahan lokasi dari Pulau Ambon ke Waisarisa, Pulau Seram.
“Ini bukan hanya soal nomenklatur dan lokasi, tapi soal menciptakan pusat pertumbuhan baru demi pemerataan pembangunan di Maluku,” tegasnya.
Ia pun mengajak kalangan akademisi, termasuk mahasiswa, untuk ikut serta dalam membangun narasi positif demi menarik perhatian pemerintah pusat dan meyakinkan investor. “Peran generasi muda sangat penting dalam menciptakan rasa aman dan meningkatkan kepercayaan terhadap daerah,” ujar Vanath.
Hadir pula Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Maluku, Johan Johanis Lewerissa, sementara sesi diskusi dimoderatori oleh dosen FEB Unpatti, Restia Christianty. Kegiatan ini diikuti antusias oleh mahasiswa dan sivitas akademika di lingkungan kampus.(TM-01)