AMBON, TM— Kepolisian Resor (Polres) Maluku Tenggara berhasil menangkap SU, terduga pelaku pembacokan di Ohoi Kolser, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, hanya dalam waktu kurang dari 24 jam sejak insiden terjadi.
Pelaku ditangkap tanpa perlawanan pada Senin (2/6/2025) pukul 22.00 WIT di rumah salah satu warga di Desa Ohoitel, Kota Tual. Penangkapan dilakukan setelah aparat mengumpulkan keterangan saksi dan barang bukti dari tempat kejadian perkara.
Kapolres Maluku Tenggara, AKBP Frans Duma, menjelaskan dalam keterangannya, Selasa (3/6/2025), bahwa peristiwa bermula ketika SU dan MR, rekannya, berboncengan sepeda motor dari Kompleks Pokarina menuju Kolser dan berpapasan dengan KR, korban dalam kejadian tersebut.
“MR secara tiba-tiba turun dari sepeda motor dan menusuk KR menggunakan sebilah pisau di bagian dada,” kata Duma.
Merasa nyawanya terancam, KR melarikan diri ke rumahnya dan kembali dengan sebilah parang. Ia kemudian membalas dengan membacok MR beberapa kali. MR pun melarikan diri bersama SU, meninggalkan sepeda motor di lokasi kejadian.
KR mengalami luka serius dan dilarikan ke Rumah Sakit Karel Satsuitubun untuk mendapatkan perawatan intensif. Sementara MR ditemukan beberapa saat kemudian dalam kondisi tidak sadarkan diri di jalan masuk Kompleks Pokarina, dengan luka bacok di wajah dan anak panah tertancap di punggung.
Dari penyelidikan yang dilakukan, SU diidentifikasi sebagai rekan MR dan langsung menjadi buronan. Upaya pencarian membuahkan hasil dalam waktu cepat, dan SU berhasil diamankan pada malam hari di lokasi persembunyiannya.
Hingga kini, penyidik masih mendalami motif di balik insiden berdarah tersebut, termasuk kemungkinan adanya unsur perencanaan atau perselisihan sebelumnya.
Kapolres mengimbau warga Maluku Tenggara untuk tidak terprovokasi oleh isu yang belum jelas asal-usulnya.
“Kami mengajak masyarakat untuk menjaga ketenangan dan menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada aparat. Tindakan kekerasan tidak akan ditoleransi dan akan kami tindak tegas,” ujarnya.
Kasus ini menjadi perhatian publik di wilayah Bumi Larvul Ngabal, terutama karena cepatnya respons aparat dalam menangani insiden kekerasan yang berpotensi memicu konflik sosial lebih luas.(TM-02)