Ambon, TM — Universitas Pattimura (Unpatti) resmi menerapkan moratorium pendirian jurnal baru untuk memperkuat kualitas dan meningkatkan peringkat jurnal ilmiah yang sudah dikelola.
Kebijakan ini ditegaskan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sebagai langkah strategis agar pembenahan jurnal berjalan lebih efektif dan terukur.
Kepala LPPM Unpatti, Estevanus Kristian Huliselan, menjelaskan bahwa moratorium diberlakukan hingga seluruh jurnal yang ada minimal terindeks Sinta.
“Kami tahan dulu pembukaan jurnal baru. Fokus kami adalah memastikan seluruh jurnal yang ada terindeks Sinta. Jika target itu tercapai, barulah moratorium dapat dicabut,” tegas Huliselan dalam keterangan pers di ruang kerjanya, Rabu (26/11).
Saat ini, Unpatti mengelola 118 jurnal ilmiah. Dari jumlah tersebut, 62 jurnal telah terindeks Sinta dengan rincian Sinta 1 sebanyak satu jurnal, Sinta 2 enam jurnal, Sinta 3 dua puluh empat jurnal, serta tiga puluh jurnal lainnya masuk Sinta 4–5.

Selain itu, 11 jurnal telah lolos evaluasi dasar Sinta dan 24 jurnal sedang dalam proses pengajuan. Dari ratusan jurnal tersebut, baru satu jurnal milik Unpatti yang berhasil menembus indeks Scopus, yakni Jurnal Barekeng dari Fakultas Sains dan Teknologi.
Huliselan menegaskan, bahwa pihaknya kini mendorong jurnal-jurnal berperingkat Sinta 1 hingga Sinta 3 agar bersiap menuju pengajuan indeksasi Scopus.
Untuk mendukung percepatan itu, Pusat Jurnal dan Penerbitan Ilmiah Unpatti diberikan mandat melakukan pendampingan intensif bagi seluruh pengelola jurnal.
Pendampingan tersebut meliputi sosialisasi akreditasi, pendampingan teknis, coaching clinic sepanjang tahun, hingga pelatihan peningkatan kapasitas penulisan ilmiah bagi para dosen.
Para pengelola jurnal berpengalaman dari berbagai perguruan tinggi besar di Indonesia turut dilibatkan sebagai narasumber, baik secara daring maupun tatap muka.
“Setelah pelatihan, dosen Unpatti dengan rekam jejak publikasi internasional juga dilibatkan sebagai mentor lanjutan agar proses penulisan artikel menuju jurnal bereputasi internasional dapat berjalan tuntas,” tambah Huliselan.
Ia juga memaparkan bahwa LPPM Unpatti saat ini menaungi 21 pusat kajian, termasuk Pusat Jurnal dan Penerbitan Ilmiah, Sentra HKI, SDG Center, Pusat Halal, serta Archipelagic Center of Excellence.
Pembentukan beberapa pusat kajian strategis tersebut merupakan bagian dari dukungan Unpatti terhadap pembangunan wilayah kepulauan, sebagaimana permintaan Gubernur Maluku dan Menteri Bappenas.
Dengan serangkaian langkah tersebut, Unpatti menargetkan seluruh jurnal yang dikelola dapat terindeks minimal Sinta pada tahun 2026.
Huliselan optimistis bahwa kualitas publikasi ilmiah Unpatti akan semakin kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.(TM-01)















