Ambon, TM.- Fenomena munculnya emas di pesisir pantai Desa Tamilow, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah hingga saat ini menghebohkan warga setempat.
Banyak warga Tamilouw turun ke pesisir pantai untuk menambang emas secara tradisional. Terhitung hingga hari ini, 300 sampai 400 warga Tamilouw yang sedang melaksanakan aktivitas penambangan disana. Kabarnya, mereka telah menuai hasil perorang hingga 10 gram.
“Untuk hari ini, hari ketiga, itu dia sana seperti yang kenarin. Itu hari senin sampai 100 orang bahkan 100 lebih dan membludak 300 sampai 400 orang dihari kemarin hingga hari ini,” ungkap Kapolsek Amahai, Iptu Irwan saat diwawancara media ini, via selulernya, Kamis 25 Maret 2021, siang tadi.
Ia mengaku, disamping aktivitas penambangan rakyat itu jalan, pengamanan terus dilakukan. Bahkan, dari hasil rapat dengan Pemerintah Negeri, Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pemudah disepakati pengaman dilokasi penambangan emas tersebut.
Hingga saat ini, lanjut Kapolsek tidak terpantau adanya penambangan dari luar Negeri Tamilouw yang ingin melakukan aktifitas lenambangan disana. Semua dijaga ketat, hadirnya orang luar. Patroli terus dilakukan sesyai kesepakat hingga pukil 17.00 wit, bahkan sampai Pukuk 18.00 wit.
“Kalau orang luar belum ada bos. Katong (Kita) deteksi dari Pelabuhan. Kalau yang ada viral itu, kita pantau belum ada dari luar ya, karena sampai malam rapat dengan Negeri, itu tidak membenarkan adanya orang luar yang masuk,” tandas Kapolsek.
Sebelumnya, salah satu Ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Dr Zain Tuakia juga ikut angkat bicara soal fenomena munculnya emas di pesisir pantai Desa Tamilow yang menghebohkan warga tersebut.
Menurut Zain, jika penemuan emas yang menghebohkan itu benar maka hal tersebut secara ilmiah dapat dimungkinkan terjadi. Artinya kata dia, ada sumbernya di atas. Misalkan, di gunung ada emas kemunginan terkikis dan terbawa air ke bagian bawah.
“kalau tidak ada sumbernya pasti tidak ada,”ungkap Zain kepada wartawan di Ambon, Selasa 23 Maret 2021.
Diakatakan, secara umum biasanya mineral emas berada di bebatuan yang lebih keras. Umumnya berada pada bebatuan kuarsa atau batuan malihan di wilayah pegunungan. Mineral emas yang berada di bebatuan keras itu terbentuk dari endapan primer.
“Namun yang terjadi di desa Tamilow warga menemukan emas di pesisir pantai desa itu dalam bentuk butiran yang lebih kecil,” kata dia.
Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Maluku
Ini mengaku, penemuan emas dalam bentuk butiran yang lebih kecil di pesisir pantai desa Tamilow itu terjadi karena adanya endapan plaser.
“Jadi di air ini hulunya intinya ada pengikisan lalu terbawa dan terendap di kali dan sebagainya, jadi kalau muara sungai sampai ke pantai maka akan sampai di pantai juga itu namanya tipe plaser jadi pembentukan secara sekunder dia berhubungan dengan endapan pasir di kali dan pantai,”ungkapnya.
Endapan primer sendiri berbentuk butiran emas dalam bebatuan. Endapan ini umumnya, ditemukan di dalam batu kuarsa atau berupa mineral yang terbentuk akibat adanya proses magmatisme.
Ada jug, lanjut Zain endapan primer yang terbentuk dari proses metasomatisme serta adanya aktivitas hidrotermal dari dasar bumi. “Hasil dari endapan primer inilah yang biasa disebut sebagai emas logam,” sebut dia.
Menurut Zain penemuan butiran-butiran emas di pesisir pantai desa Tamilow itu mengindikasikan adanya endapan plaser yang terbentuk secara sekunder. Biasanya penemuan emas di sungai maupun pantai itu terjadi karena ada pengikisan di sumber endapan primer yang berada di dataran yang lebih tinggi.
“Memang kaya begini dia (emas) seperti butiran-butiran dia di endapan-endapan pasir di sungai pantai dan di kaki bukit jadi kalau endapan yang ini dia umumnya terbawa oleh air, biasanya kalau kita dapat di sini (pesisir pantai) biasanya kita mengindikasi atau mencurigai di atas pasti ada sumbernya, sumber secara primer contoh kaya kita dapat batu di kali itu dia hanyut dari gunung contohnya seperti itu,” paparnya.
Zain menambahkan dari peta geologi, jenisn bebatuan di wilayah pegunungan di sekitar desa tersebut merupakan jenis bebatuan Malihin yang umumnya ada potensi mineral emasnya.
“Kalau saya lihat dari peta geologi di sini semua batuan malihan arah gunung ke atas, batuan malihan atau metamor yang di mana pada batuan ini terbentuk tipe emas orogenik itu secara primer lalu air kikis dia lalu hanyut ke bawa ke sungai hingga ke pantai,” ungkapnya. (TM-01)
Discussion about this post