Ambon, TM — Kepolisian Resor (Polres) Kepulauan Tanimbar di bawah jajaran Polda Maluku kembali menunjukkan keseriusannya dalam menegakkan hukum dan melindungi hak anak.
Personel Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Kepulauan Tanimbar berhasil menangkap seorang pria berinisial AK (20), warga Desa Arui Bab, Kecamatan Wertamrian, yang diduga melakukan tindak pidana persetubuhan terhadap anak di bawah umur hingga menyebabkan korban hamil.
Kasus ini terungkap setelah orang tua korban, AR (17), melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Kepulauan Tanimbar pada 27 Oktober 2025. Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku dan korban diketahui menjalin hubungan asmara sejak tahun 2023.
Melalui bujuk rayu dan janji manis, pelaku melakukan persetubuhan berulang kali terhadap korban antara Februari hingga September 2024.
Usai hubungan mereka berakhir, pelaku diketahui berpacaran dengan perempuan lain dan memiliki anak dari hubungan tanpa pernikahan. Namun, pada pertengahan 2025, setelah berselisih dengan kekasih barunya, pelaku kembali mendekati korban dan mengulangi perbuatannya.

Tak lama kemudian, korban diketahui hamil dan menceritakan peristiwa itu kepada orang tuanya. Setelah dilakukan penyelidikan mendalam dan pemeriksaan sejumlah saksi, Unit PPA Satreskrim Polres Kepulauan Tanimbar menetapkan AK sebagai tersangka dan menahannya sejak 10 November 2025 untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kapolres Kepulauan Tanimbar, AKBP AYANI, S.P., S.I.K., M.H., menegaskan bahwa pihaknya akan terus menindak tegas setiap bentuk kekerasan seksual terhadap anak di wilayah hukumnya. Menurutnya, kasus asusila terhadap anak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar masih terus terjadi dan cenderung meningkat.
“Kami berupaya maksimal melakukan sosialisasi, pencegahan, dan penegakan hukum secara tegas. Namun kami juga membutuhkan dukungan semua pihak, terutama orang tua, untuk memperkuat pengawasan terhadap anak-anak mereka,” ujar Kapolres, Rabu (12/11/2025).
Ia menambahkan, banyak kasus kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orang terdekat korban, bahkan dari lingkungan keluarga sendiri. Karena itu, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperkuat edukasi moral di tengah masyarakat.
“Korban kejahatan asusila pada anak umumnya mengalami trauma psikologis yang berat. Tanpa pendampingan yang tepat, korban bisa kehilangan rasa percaya diri bahkan masa depan mereka. Ini tanggung jawab kita bersama,” tegas Kapolres.
Sementara itu, Kanit PPA Satreskrim Polres Kepulauan Tanimbar, Bripka Wahab, mengatakan bahwa proses penyelidikan dilakukan dengan hati-hati dan berorientasi pada perlindungan korban.
“Kami memastikan setiap tahapan penyidikan memperhatikan kondisi psikologis korban. Saat ini, korban mendapat pendampingan dari Unit PPA bersama lembaga perlindungan anak setempat untuk memastikan pemulihan mental dan emosionalnya,” ujarnya.
Pelaku AK dijerat dengan pasal berlapis sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Kanit PPA juga berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi masyarakat agar tidak menganggap enteng pergaulan bebas dan persoalan moral di kalangan remaja.
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya peran aktif keluarga, tokoh agama, dan masyarakat dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak. Langkah cepat Unit PPA Satreskrim Polres Kepulauan Tanimbar patut diapresiasi sebagai wujud nyata komitmen Polri dalam memberikan rasa aman dan keadilan bagi korban.
Namun, penegakan hukum hanyalah satu bagian dari solusi besar yang harus dimulai dari pengawasan keluarga, pendidikan moral, dan dukungan psikososial bagi korban agar mereka dapat menata kembali masa depan tanpa trauma berkepanjangan.(TM-02)
















