Ambon, TM — Banda Heritage Festival (BHF) 2025 resmi meneguhkan dirinya sebagai salah satu perayaan budaya terbesar di Kepulauan Banda.
Festival yang berlangsung pada 26–29 November 2025 itu merupakan hasil kolaborasi strategis antara Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XX Maluku dan Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, dengan tujuan memperkuat identitas budaya dan menghidupkan kembali ekosistem kebudayaan Banda.
Pamong Budaya Ahli Muda BPK Wilayah XX Maluku, Mezak Wakim, dalam rilisnya, Senin (1/12), menegaskan bahwa keberhasilan gelaran ini mencerminkan komitmen negara dalam mengawal pemajuan kebudayaan daerah.
“Banda Heritage Festival merupakan wujud nyata komitmen BPK Wilayah XX dalam mengawal pemajuan kebudayaan di Maluku,” ujarnya.
Menurut Mezak, BPK tidak hanya hadir dalam bentuk selebrasi, tetapi juga bekerja melalui pelindungan cagar budaya, fasilitasi komunitas, hingga kajian akademis yang berkelanjutan.
Semua itu dilakukan untuk memastikan kebudayaan Maluku tetap hidup dan mampu memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Kami ingin memastikan ekosistem kebudayaan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” tambahnya.

Festival tahun ini dibuka langsung oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, yang mencanangkan Kawasan Cagar Budaya Kota Neira Lama seluas 77 hektare.
Penandatanganan prasasti bersama Bupati Maluku Tengah, Zulkarnain Awat Amir, menjadi momentum penting dalam memperkuat pelindungan aset sejarah Banda di tengah arus modernisasi.
Berbagai kegiatan edukatif turut mewarnai festival ini. Di Benteng Belgica, anak-anak diperkenalkan pada sejarah melalui lomba mewarnai sketsa penari Cakalele.
Sementara di Istana Mini, digelar Talkshow Budaya menghadirkan narasumber dari BPK Wilayah XX, Bappenas, Universitas Gadjah Mada (UGM), hingga KPU RI. Forum tersebut menekankan pentingnya memposisikan warisan sejarah Banda sebagai fondasi kesejahteraan masyarakat.
Pada hari ketiga, nuansa tradisi semakin terasa di Pulau Banda Besar. Tokoh adat menyampaikan Tutur Budaya dan Sejarah Lonthoir, dilanjutkan atraksi Cakalele Selamon, tradisi belah kenari, serta penampilan seni dari berbagai sanggar di Kepulauan Banda.
Identitas Banda sebagai poros maritim juga dipertegas melalui Lomba Pacu Perahu Kole-Kole dan Lomba Belang Adat yang disambut antusias ratusan warga.
Tidak hanya itu, peserta festival diajak mengenal jejak sejarah Banda melalui Jalan Sehat Budaya, menelusuri Rumah Bung Hatta hingga Benteng Nassau.
Puncak acara pada Sabtu (29/11/2025) di Benteng Nassau berlangsung meriah. Ribuan masyarakat memadati area panggung menikmati penampilan musisi kebanggaan Maluku, Willy Sopacua dan Yayu Wattiheluw, yang menutup festival dengan semarak.
Bupati Maluku Tengah, Zulkarnain Awat Amir, memberikan apresiasi atas suksesnya penyelenggaraan BHF 2025.
“Banda menampilkan dirinya sebagai tempat yang memikat siapa pun, melalui sejarah, alam, dan budayanya. Empat hari ini, Banda menjadi panggung dunia,” ujarnya.
Dengan rangkaian kegiatan yang menggabungkan edukasi, tradisi, seni, dan hiburan, Banda Heritage Festival 2025 berhasil menjadi ruang penting dalam merawat warisan budaya sekaligus membuka peluang ekonomi berbasis sejarah bagi masyarakat Banda.(TM-02)
















