Ambon, TM — Wakil Ketua Komisi II DPRD Maluku, John Laipeny, menegaskan bahwa kembalinya status Bandara Pattimura Ambon sebagai bandar udara internasional harus menjadi momentum pembaharuan besar-besaran dalam tata kelola pariwisata Maluku.
Ia menilai sektor pariwisata membutuhkan manajer yang kreatif, berani melakukan terobosan, dan mampu membangun jejaring investasi dan peran itu, menurutnya, harus dijalankan langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku.
“Bandara internasional butuh manajer. Untuk meningkatkan pariwisata, Kadis Pariwisata harus menjadi manajer. Ia harus punya kemampuan mendatangkan investor dan menggerakkan pelaku usaha lokal,” ujar Laipeny kepada wartawan, di Gedung DPRD Maluku, Karang Panjang, Ambon, Senin (17/11).
Laipeny menyoroti minimnya atraksi budaya yang dapat dinikmati wisatawan saat tiba di Ambon. Menurut dia, daya tarik budaya menjadi elemen penting dalam membangun citra pariwisata.

“Orang datang harus bisa melihat tari-tarian tradisional yang menarik. Sekarang ini sudah jarang. Live music di sudut kota harus ditingkatkan,” tegasnya.
Politisi Partai Gerindra itu juga menilai, potensi wisata bahari Maluku belum tergarap optimal. Banyak lokasi yang memiliki pesona laut kelas dunia, namun fasilitas dasar maupun sarana diving profesional belum memadai.
Laipeny turut menyoroti tingginya biaya perjalanan ke destinasi wisata unggulan seperti Maluku Barat Daya (MBD) dan Kepulauan Kei.
“Ambon ke MBD atau Kei rata-rata harga tiket Rp 1,5 juta ke atas. Ini harus dicarikan solusi,” ujarnya.
Ia meminta Dinas Pariwisata berani mengambil langkah inovatif, termasuk menjalin kerja sama dengan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dinilai memiliki pengalaman lebih maju dalam pengembangan wisata.
“Mereka datang dari perairan selatan. Tour trip Labuan Bajo bisa ditarik sampai Ambon atau MBD. Itu harus dijajaki, jangan menunggu orang datang lalu hanya dicatat tanpa meninggalkan kesan baik,” ucapnya.
Menurut Laipeny, pariwisata Maluku tidak mungkin berkembang sendiri tanpa kolaborasi. Investor, kerja sama antardaerah, dan promosi agresif harus diperkuat.
Ia juga menyarankan agar event berskala internasional seperti Ambon–Darwin Yacht Race dihidupkan kembali sebagai magnet wisata.
Laipeny mengingatkan bahwa promosi tidak akan efektif bila fasilitas penunjang masih terbatas.
“Pariwisata ini tidak bisa asal-asalan. Harus ada orang kreatif. Kalau manajernya mampu melakukan maintenance yang baik, meskipun berbiaya mahal, orang pasti akan datang,” katanya.
Ia juga mendorong pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta dan pemerintah negeri di daerah wisata untuk membenahi infrastruktur, fasilitas publik, serta layanan dasar bagi wisatawan.
“Pariwisata Maluku harus dikelola dengan kreativitas dan manajemen profesional. Bandara sudah internasional, kini saatnya pariwisata ikut naik kelas,” pungkasnya. (TM-02)
















